Diagnosis sililis tidak boleh hanya didasarkan pdda hasil positif reaksi serologik yang secafttrutin dilakukan, yaitu WR, VDRL, dan lainnya, karena reaksi-reakst tersebut hanya menentukanada-tidaknya reagin sehingga sering nemberi hosil positif palsL
Untuk menentukan hasil reaksi positif palsu atau tidaknya, harus dilakukan reaksikonlinndsi dengan memakoi antigen yang khas, yaitu.antigen T. pauidum
Pada saat ini reaksi konfirrndsi yang banyak dipakai ialah FTA-ABS atuu TPHA. Keduajenis reaksi tersebut diaflggap samd sifatnya ddlam sensitivitas serta khasnyq hanya TPHAdiangap lebih mudah dildkukan dan tanpa memerlukan peralatan yang mahal serta keahliar.ytng khusus dalam pelaksanaannya iika dibandingkan dengan FTA-ABS (Cox dkk, l97I;lohnstott, 19 72; Buist dkk, l9 73 ).
Pada pemeiksaan ini dilakukan reaksi VDRL pada darah yang diambit dari vnnita tutwsnsilo dan orang-orang yang memeriksakan kesehatonnyo, kemudian dilakukan reaksihonfirmasi dengan TPHA pada serum yang memberi hdsil positif vDRL dengan tuiuan untuk mendapdtkan Sambamn berdpa persen yang betul-betul terkena sifilis dan berapa persen yangp,ositi{ palsu diantara mereka yang memberikan hasil positif VDRL.
Banyak macam reaksi serologik dipakai untuk menurunkan kadar gula darah dengan cepat membantu diagnosis sifilis yang ternyatatidak khas untuk infeksi oleh Treponema pallidum di antaranya reaksi Wassermann (WR)dan VDRL yang dipakai secara rutin untuk menenfukan ada tidaknya reagin. Salah satukerugian daripada reaksi-reaksi tersebut ialah terjadinya positifpalsu akibat penyakitlain. Atas dasar hasil yang tidak khas tersebut, maka diusahakan reaksi serologik khasuntuk sifilis dengan memakai antigen T. pallidum.
ReakSi TPI ("Treponema Pallidum Immobilizing") dianggap sebagai reaksi yangpaling khas, tetapi pelaksanaannya sangat sukar dan mahal (Garner dkk., 1972).Maka pada saat ini ada 2 jenis reaksi yang dianggap dapat dipakai sebagai penggantiTPI, yaitu FTA ABS ("Fluorescent Treponema Antibody Absorption Test") danTPHA ("Treponema Pallidum Haemagglutination Assay").
FTA -ABS masih memerlukan peralatan yang mahal, yaitu mikroskop fluoresensiserta memerlukan ketrampilan dalam pelaksanaannya, dan dalam interpretasi hasilreaksi (Tringgali, l97O; Johnston, 1912; Garner dkk., 1972; Buist dkk., 1973). Cara menemukan atau menentukan adanya zat anti dengan melakukan reaksihemaglutinasi yang pasif dianggap sebagai caru yang sangat sensitif.
Untuk menentukan hasil reaksi positif palsu atau tidaknya, harus dilakukan reaksikonlinndsi dengan memakoi antigen yang khas, yaitu.antigen T. pauidum
Pada saat ini reaksi konfirrndsi yang banyak dipakai ialah FTA-ABS atuu TPHA. Keduajenis reaksi tersebut diaflggap samd sifatnya ddlam sensitivitas serta khasnyq hanya TPHAdiangap lebih mudah dildkukan dan tanpa memerlukan peralatan yang mahal serta keahliar.ytng khusus dalam pelaksanaannya iika dibandingkan dengan FTA-ABS (Cox dkk, l97I;lohnstott, 19 72; Buist dkk, l9 73 ).
Pada pemeiksaan ini dilakukan reaksi VDRL pada darah yang diambit dari vnnita tutwsnsilo dan orang-orang yang memeriksakan kesehatonnyo, kemudian dilakukan reaksihonfirmasi dengan TPHA pada serum yang memberi hdsil positif vDRL dengan tuiuan untuk mendapdtkan Sambamn berdpa persen yang betul-betul terkena sifilis dan berapa persen yangp,ositi{ palsu diantara mereka yang memberikan hasil positif VDRL.
Banyak macam reaksi serologik dipakai untuk menurunkan kadar gula darah dengan cepat membantu diagnosis sifilis yang ternyatatidak khas untuk infeksi oleh Treponema pallidum di antaranya reaksi Wassermann (WR)dan VDRL yang dipakai secara rutin untuk menenfukan ada tidaknya reagin. Salah satukerugian daripada reaksi-reaksi tersebut ialah terjadinya positifpalsu akibat penyakitlain. Atas dasar hasil yang tidak khas tersebut, maka diusahakan reaksi serologik khasuntuk sifilis dengan memakai antigen T. pallidum.
ReakSi TPI ("Treponema Pallidum Immobilizing") dianggap sebagai reaksi yangpaling khas, tetapi pelaksanaannya sangat sukar dan mahal (Garner dkk., 1972).Maka pada saat ini ada 2 jenis reaksi yang dianggap dapat dipakai sebagai penggantiTPI, yaitu FTA ABS ("Fluorescent Treponema Antibody Absorption Test") danTPHA ("Treponema Pallidum Haemagglutination Assay").
FTA -ABS masih memerlukan peralatan yang mahal, yaitu mikroskop fluoresensiserta memerlukan ketrampilan dalam pelaksanaannya, dan dalam interpretasi hasilreaksi (Tringgali, l97O; Johnston, 1912; Garner dkk., 1972; Buist dkk., 1973). Cara menemukan atau menentukan adanya zat anti dengan melakukan reaksihemaglutinasi yang pasif dianggap sebagai caru yang sangat sensitif.